Punggawanya, Ki Jagalaut dan kawan-kawannya langsung membuat pagar bambu yang ujungnya dibuat lancip sebagai salah satu strategi melawan bajak laut.
Strategi ini sukses melumpuhkan para bajak laut yang menyerang wilayah Donan. Meski demikian, terdapat beberapa bajak laut yang lolos. Mereka melarikan diri ke wilayah Jeruklegi dan Majenang.
Usai peperangan itu, para penduduk dan prajurit kembali membuat pagar lebih rapat dan kuat dengan ujung yang dibuat lancip mengelilingi perkampungan.
Pembuatan ini sebagai upaya untuk perlindungan dan antisipasi atas serangan kawanan bajak laut yang datangnya tak terduga dan mendadak.
Meskipun telah membuat pagar pengamat, ancaman serangan dan teror dari bajak laut masih menghantui warga setempat.
Kekawatiran dengan keadaan yang tidak aman dan nyaman membuat para penduduk memutuskan meninggalkan kampung tersebut dan pergi ke wilayah yang lebih aman dari ancaman serangan gerombolan bajak laut yang dapat datang sewaktu-waktu.
Tempat yang dianggap aman untuk tempat tinggal yaitu di wilayah sekitar Segara Anakan di muara Sungai Cintanduy. Penduduk mulai membuat perkampungan terapung yang kemudian terkenal dengan nama Kampung Laut.
Kehidupan penduduk di Kampung Laut sampai sekarang lebih tenteram dan damai dan jumlah penduduk yang tinggal di wilayah tersebut semakin banyak.
Kemudian guna menyempurnakan sistem pertahanan di wilayah tersebut, Pemerintah Kolonial Belanda membangun pagar secara permanen di pantai bagian timur laut dan diberi nama Benteng Karang Bolong dan Benteng Banyu Njapa.
Hingga sekarang ini kedua benteng itu digunakan sebagai strategi pertahanan melawan bajak laut yang sewaktu-waktu masuk ke wilayah Semenanjung Pelabuhan Cilacap.
Editor : Arbi Anugrah
Artikel Terkait