CILACAP, iNews Cilacap.id - Cilacap memiliki laut yang telah menjadi potensi wisata bahari yang diminati masyarakat lokal maupun luar daerah.
Laut pantai selatan wilayah Kabupaten Cilacap mempunyai panorama dan pemandangan yang indah.
Namun dari keindahan pantai tersebut terdapat cerita rakyat tentang bajak laut Cilacap.
Melansir dari buku Cerita Rakyat Kabupaten Cilacap Balai Bahasa Jawa Tengah Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2017 yang diceritakan kembali oleh Tri Wahyudi, bahwa di wilayah selatan Galuh terdapat samudra yang cukup luas terkenal dengan Segara Anakan yang masuk wilayah Kepulauan Nusakambangan.
Wilayah ini cukup ramai karena sering dilayari oleh kapal-kapal pedagang. Masyarakat di sekitarnya hidup tenteram, makmur, dan sejahtera di bawah pimpinan Sri Susuhunan Paku Buwana IV yang arif dan bijaksana.
Namun, di wilayah Donan yang menjadi kekuasaan Kasunanan Surakarta kerap kali dilanda kerusuhan. Suatu hari wilayah Donan digemparkan dengan kedatangan kawanan bajak laut.
Tanpa perikemanusiaan mereka merampas harta benda dan membunuh rakyat yang tak berdosa.
Berita kerusuhan yang merenggut nyawa rakyat tersebut sampai pada telinga Sri Susuhunan Paku Buwana IV. Ia sangat marah mendengarnya dan segera melakukan tindakan karena telah menganggung ketentraman rakyat.
Sri Susuhunan Paku Buwana IV kemudian memerintahkan Tumenggung Kertanegara untuk membasmi kawanan bajak laut di daerah Donan.
Sesampainya di Donan, Tumenggung Kertanegara tidak bersedia tinggal di daerah itu namun memilih tinggal di daerah Ngayah yang terletak di sebelah selatan Gombong, Kebumen.
Tumenggung Kertanegara menyerahkan tugas mengatasi bajak laut kepada Raden Ronggo Kertarana. Ia kemudian memimpin pasukannya menuju ke Donan.
Raden Ronggo Kertanegara kemudian menetap di tepi pantai Congot Wetan yang terletak di Pantai Teluk Penyu bagian paling selatan atau ujung Semenanjung Cilacap.
Bersama para prajuritnya, ia membuat benteng-benteng untuk kubu pertahanan serta bercocok tanam untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Ketika para prajurit sedang bercocok tanam dan mencari kayu bakar, sekonyong-konyong ratusan bajak laut datang menyerang.
Serangan ini membuat Raden Ronggo bersama pasukannya terdesak mundur. Sebagian dari mereka tewas oleh amukan senjata bajak laut, sedangkan sebagian lagi pasukannya dapat melarikan diri.
Kebrutalan kawanan bajak laut kiat menjadi. Mereka juga menghancurkan benteng pertahanan, merampas meriam, dan memorakporandakan perkampungan penduduk.
Mendengar pasukannya kalah, Sri Susuhunan Paku Buwana IV geram. Ia mengumpulkan tiga punggawanya untuk membuat strategi menghadapi bajak laut.
Dalam perundingan itu memunculkan strategi perang untuk menghadapi bajak laut dengan membuat pertahanan di atas air di daerah Segara Anakan.
Punggawanya, Ki Jagalaut dan kawan-kawannya langsung membuat pagar bambu yang ujungnya dibuat lancip sebagai salah satu strategi melawan bajak laut.
Strategi ini sukses melumpuhkan para bajak laut yang menyerang wilayah Donan. Meski demikian, terdapat beberapa bajak laut yang lolos. Mereka melarikan diri ke wilayah Jeruklegi dan Majenang.
Usai peperangan itu, para penduduk dan prajurit kembali membuat pagar lebih rapat dan kuat dengan ujung yang dibuat lancip mengelilingi perkampungan.
Pembuatan ini sebagai upaya untuk perlindungan dan antisipasi atas serangan kawanan bajak laut yang datangnya tak terduga dan mendadak.
Meskipun telah membuat pagar pengamat, ancaman serangan dan teror dari bajak laut masih menghantui warga setempat.
Kekawatiran dengan keadaan yang tidak aman dan nyaman membuat para penduduk memutuskan meninggalkan kampung tersebut dan pergi ke wilayah yang lebih aman dari ancaman serangan gerombolan bajak laut yang dapat datang sewaktu-waktu.
Tempat yang dianggap aman untuk tempat tinggal yaitu di wilayah sekitar Segara Anakan di muara Sungai Cintanduy. Penduduk mulai membuat perkampungan terapung yang kemudian terkenal dengan nama Kampung Laut.
Kehidupan penduduk di Kampung Laut sampai sekarang lebih tenteram dan damai dan jumlah penduduk yang tinggal di wilayah tersebut semakin banyak.
Kemudian guna menyempurnakan sistem pertahanan di wilayah tersebut, Pemerintah Kolonial Belanda membangun pagar secara permanen di pantai bagian timur laut dan diberi nama Benteng Karang Bolong dan Benteng Banyu Njapa.
Hingga sekarang ini kedua benteng itu digunakan sebagai strategi pertahanan melawan bajak laut yang sewaktu-waktu masuk ke wilayah Semenanjung Pelabuhan Cilacap.
Editor : Arbi Anugrah
Artikel Terkait