Kisah Perjuangan Hendro, Penjaja Koran yang Mulai Terlupakan Oleh Gerusan Zaman

Agustinus Yoga Primantoro
Kisah perjuangan seorang penjual koran di sudut jalanan Kota Purwokerto dan segala kesibukannya.

Hari ini, Hendro membawa kurang lebih sekitar 35 bundel koran dan baru dua buah bundel saja yang laku terjual. Ditambah lagi, hujan yang turun sejak sore terus mengguyur Kota Purwokerto. Kendati demikian, ia tidak kehilangan semangatnya. Dengan keuntungan sekitar Rp 800 dari setiap koran yang berhasil ia jual, Hendro mampu mencukupi kebutuhan hidupnya bersama orangtua dan adiknya di rumah.

“Ya nggak mesti, Mas. Lagi mandan (agak) berkurang. Kadang Rp 20 ribu, kadang Rp 50 ribu, kadang malah Rp 15 ribu,” terangnya tentang pendapatan bersih dalam sehari pada iNewsPurwokerto.id, Sabtu (11/6/2022) kemarin.

Seperti biasanya, Hendro terkadang berangkat pagi atau bahkan terkadang sore hari. Entah terkadang karena ada pekerjaan rumah, atau jadwal yang rancu membuatnya berjualan secara tak tentu. Kendati demikian, Hendro tetap melakukannya dan mengaku bahwa yang penting baginya adalah ada sesuatu yang ia kerjakan.

“Nggak mesti berangkatnya, bisa berangkat pagi, bisa berangkat sore. Ya nggak mesti, kadang jam 8 pulang jam 10, berangkat jam 5 sore pulang jam 8 malam. Ada yang jahil, ya nggak mesti itu, saya nggak tahu-menahu, kaya dingel-ngeli (dipersulit). Misal, sudah berangkat pagi, tapi diulur-ulur. Yang jelas kalo berangkat pagi, paginya itu diberi dagangan, siangnya dijual, besok paginya setor,” ceritanya lirih.

Sudah jatuh tertimpa tangga. Mungkin istilah itu bisa menggambarkan keadaan Hendro. Bagaimana tidak, ketidakpastian yang ia hadapi dalam berjualan koran, belum lagi pendapatannya yang tidak seberapa, dan semua itu masih ditambah kerasnya kehidupan di jallanan dengan praktik premanisme yang ia alami. Hendro mengaku bahwa sempat ada orang yang meminta uang padanya. Meski pendapatannya hanya cukup, Hendro terkadap tetap memberikannya dan menurutnya itu menjadi bagian dalam sedekah.

“Ya sering, biasa lah orang lewat minta uang, saya kasih Rp 2000 atau Rp 4000. Kalau nggak dikasih, paling saya dihus-hus gitu, diusir. Suruh jangan di sini,” katanya sembari melempar sedikit tawa.

Editor : Arbi Anugrah

Halaman Selanjutnya
Halaman : 1 2 3

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network