Upacara Adat Ngasa
Desa ini memiliki satu upacara adat yang hingga kini masih dipegang teguh, yaitu Upacara Adat Ngasa. Upacara adat ini dilaksanakan setiap satu tahun sekali atau setiap Selasa Kliwon pada Mangsa Kesanga (kesembilan dalam kalender Jawa). Upacara Ngasa memiliki makna sebagai perwujudan rasa syukur kepada Batara Windu Buana yang dianggap sebagai pencipta alam. Batara memiliki ajudan bernama Burian Panutus. Konon, semasa hidupnya dia tidak makan nasi dan lauk pauk yang bernyawa. Ritual upacara Ngasa mulai dilaksanakan dari kaki Gunung Kumbang dan Gunung Sagara pada senin malam. Dilanjut sehari setelahnya dengan doa dan makan bersama.
Pakai Bahasa Sunda meski ada di Jawa
Desa Jalawastu memiliki tradisi menganut kepercayaan Sunda Wiwitan. Ada persamaan antara Baduy dan Jalawastu. Oleh karena itu, meski letaknya di Jawa Tengah, masyarakat setempat fasih berbahasa sunda dan berkomunikasi sehari-hari dengan bahasa sunda namun dengan dialek ngapak.
Pantangan desa
Ada beberapa pantangan lain yang menjadi salah satu keunikan dsa ini. Adapun pantangan tersebut adalah tidak boleh memelihara kambing, kerbau, bebek, angsa, ikan emas, dan kambing gimbal. Selain itu juga dilarang menanam kacang tanah, kedelai, kacang hitam, bawang merah, dan buncis serta panang mementaskan wayang golek, dan memukul gong. Semua larangan itu harus dipatuhi oleh warga Kampung Jalawastu dan pengunjung yang datang ke Kampung Jalawastu.
Larangan itu berhubungan dengan sistem religi masyarakat setempat. Masyarakat meyakini jika hal itu dilakukan maka bertentangan dengan keyakinan dari nenek moyang mereka. Hal ini berkaitan dengan mitos Dayeuh Lemah Kaputihan. Mitos memiliki arti, daerah ini merupakan tanah suci tempat tinggal para dewa dan wali, sehingga tidak boleh berkata dan berperilaku kotor serta melakukan hal-hal yang menjadi pantangan.
Itulah keunikan desa yang dianggap sebagai tanah paling suci di Pulau Jawa. Penasaran ingin singgah?
Editor : Vien Dimyatisebelumnya punya akses purwokerto
Artikel Terkait