Ketua Tim Riset dan Pemberdayaan Unsoed Dr Toto Sugito mengemukakan, anggota KWT Desa Mernek harus bersatu seperti ikatan sapu lidi, dan bergotong royong untuk memajukan desanya untuk menuju desa mandiri sejahtera.
Toto meminta kepada setiap warga Desa Mernek, untuk lebih memanfaatkan potensi lahan pekarangan agar ditanami sayur-sayuran. Juga memaksimalkan kolam-kolam ikan yang ada untuk budidaya ikan. Termasuk memanfaatkan lahan kosong untuk beternak ayam.
"Kalau semua potensi itu dimaksimalkan, alangkah baiknya warga Desa Mernek tidak beli kangkung ke luar desa Mernek, daging ayam dan ikan tercukupi sendiri, sehingga ketahanan pangan di desa ini semakin mandiri,”katanya.
Toto berharap mengembangkan Desa Mernek sebagai desa internasional. Pasalnya, di desa ini banyak juga warga yang menjadi Pekerja Migran Indonesia (PMI) atau Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke Hongkong, Korea dan Arab yang telah kembali menetap di Desa Mernek. Padahal, mereka punya potensi yakni terampil berbahasa asing berupa Bahasa Mandarin, Arab, Korea dan Inggris.
"Sangat mungkin di desa ini dikembangkan sebagai desa internasional, yakni dikemas menjadi kawasan edukasi kursus bahasa asing. Misalnya, ada sekelompok anak sekolah ingin kursus praktis bahasa asing di sini, maka nanti home stay juga akan ikut tumbuh. Apalagi di desa ini ada Kawista atau kawasan wisata edukasi. Nangti bisa disinergikan. Seperti di Pare Kediri, Jawa-Timur yang dikenal sebagai kampung Inggris," ujar Toto.
Sementara itu, Dr Adhi Iman Sulaiman, SIP, M.Si sebagai pakar pemberdayaan dari Unsoed mengemukakan, kunci pembangunan pedesaan adalah pemberdayaan sosial dan ekonomi (sosek) yang melibatkan partisipasi masyarakat untuk merumuskan dan melaksanakan program pembangunan berdasarkan kebutuhan, potensi dan permasalahan.
Dalam hal ini, lanjut Adhi, perlu adanya dukungan dan kemitraan dari berbagai pihak secara kolektif, seperti dari swasta/perusahaan dengan program CSR-nya, dan akademisi dengan riset dan pengabdian masyarakat serta pemerintah dengan kebijakan dan anggaranya.
"Pemberdayaan menjadikan pembangunan itu milik bersama, tanggungjawab bersama dan mensejahterakan bersama sebagaimana budaya gotong royong," tegas Adhi Iman Sulaiman yang juga dosen Magister Ilmu Komunikasi Unsoed ini.
Editor : Elde Joyosemito
Artikel Terkait