Sebagai orang yang sudah banyak makan asam garam kehidupan, tentu Syaikh Maulana Malik Ibrahim dan Raja Cermain mengetahui kalau keadaan Prabu Brawijaya V hanya setengah hati menerima kehadiran agama Islam. Meskipun Raja Majapahit menanggapi penjelasan mengenai kedudukan agama Islam, tetapi rupanya masih tersimpan suatu dilematis besar dalam diri Prabu Brawijaya V.
Dalam benak Prabu Brawijaya V, betapa bertele-telenya menjadi seorang muslim yang harus menjalankan ibadah sholat lima waktu dalam sehari-semalam.
Lebih dari itu, ia pun dituntut untuk menjalani puasa di Bulan Ramadhan yakni menahan tidak makan-minum dan berhubungan intim dengan istrinya pada siang hari. Kalau mengeluarkan zakat, tentu tidak keberatan bagi Sang Prabu, lantaran Sang Prabu memang suka bersedekah kepada rakyat jelata. Tapi yang susah lagi yaitu menunaikan ibadah haji sampai ke Makkah-Arab Saudi, betapa jauhnya dan betapa merepotkannya.
Meskipun jungkir-balik (menjalankan sholat) seribu kali dalam sehari, tapi kalau hatinya tidak tulus dan bersih, bagaimana mungkin orang Islam dapat berhubungan dengan Sang Pencipta?" bisik Prabu Brawijaya V kepada dirinya sendiri seperti yang dikutip dari buku Brawijaya Moksa Detik-Detik Akhir Perjalanan Hidup Prabu Majapahit.
Tapi, begitu Sang Prabu teringat senyum manis dari bibir tipis pemiliknya, Dewi Sari, tiba-tiba hatinya seperti terperangkap oleh ranjau-ranjau cinta.
"Apakah aku harus memeluk agama Islam demi mendapatkan perempuan cantik, Dewi Sari itu?" ujar Prabu Brawijaya V.
Editor : Arbi Anugrah
Artikel Terkait