Warung tersebut menyediakan aneka kebutuhan pokok. Selain itu, Liem juga menjual produk tembakau secara berkeliling menggunakan sepeda miliknya di Surabaya.
Hasil tabungannya dan sang istri dialokasikan untuk membeli sebuah gedung bekas yayasan panti asuhan. Gedung seluas 1,5 hektare (ha) tersebut digunakan sebagai tempat dan fasilitas untuk memproduksi rokok Sampoerna.
Kawasan tersebut akhirnya dikenal dengan nama Pabrik Taman Sampoerna dan terus beroperasi hingga saat ini. Pada 1959, anak Liem dan Siem, yaitu Aga Sampoerna melanjutkan bisnis tersebut.
Sejak itu, perusahaan fokus memproduksi Sigaret Kretek Tangan (SKT) dengan meluncurkan sejumlah produk yang dikenal dengan Sampoerna Kretek. Kemudian pada 1989, Putera Sampoerna yang terhitung sebagai generasi ketiga dari pendiri Sampoerna mengambil alih kepemimpinan Sampoerna, yang kemudian mengeluarkan produk Sigaret Kretek Mesin (SKM).
Sementara itu, Philips Morris membeli saham HM Sampoerna Rp10.600 per saham atau 20 persen di atas harga saham HM Sampoerna sebelum dibeli sekitar Rp8.850 per saham pada 10 Maret 2005.
Sampoerna merupakan anak perusahaan PT Philip Morris Indonesia (PMI) dan memiliki afiliasi dengan Philip Morris International Inc. sejak 2005. Perseroan memproduksi sejumlah merek rokok kretek yang telah dikenal luas.
Editor : Arbi Anugrah
Artikel Terkait