Iwanuddin menyebutkan bahwa ada dua alasan utama yang mendukung kelayakan Margono menerima gelar Pahlawan Nasional. Pertama, besarnya dukungan masyarakat terhadap pengusulan ini. Kedua, peran Margono dalam sejarah Indonesia, khususnya dalam transisi sebelum kemerdekaan dan kontribusinya di bidang ekonomi, termasuk sebagai salah satu pendiri Bank Negara Indonesia (BNI).
“Beliau memiliki peran besar dalam sejarah bangsa ini, terutama dalam bidang ekonomi dan perjuangan kemerdekaan. Salah satu jejak pentingnya adalah sebagai pendiri Bank BNI,” tambahnya.
Saat ini, kajian terhadap usulan tersebut terus dilakukan, mencakup pengumpulan data dan pendapat dari berbagai pihak. Jika seluruh tahapan rampung, usulan gelar Pahlawan Nasional untuk RM Margono Djojohadikusumo akan diajukan ke pemerintah pusat untuk dipertimbangkan lebih lanjut.
Raden Mas (RM) Margono Djojohadikusumo lahir di Purwokerto pada tahun 1894 dan dikenal sebagai pendiri Bank Negara Indonesia (BNI) pada 5 Juli 1946. Ia merupakan tokoh penting dalam dunia ekonomi, terutama di masa-masa awal kemerdekaan Indonesia, saat De Javasche Bank—bank sentral era kolonial—masih belum mengakui kedaulatan Indonesia.
Margono berasal dari keturunan Raden Tumenggung Mangkuprodjo, yang juga merupakan keturunan dari Raden Kartoatmodjo serta R.Ay Djojoatmojo. Ia adalah cucu buyut dari Raden Tumenggung Banyakwide, seorang pengikut setia Pangeran Diponegoro.
Selain itu, Margono adalah ayah dari begawan ekonomi Indonesia, Prof. Dr. Soemitro Djojohadikoesoemo. Ia wafat pada 25 Juli 1978 di Jakarta dan dimakamkan di pemakaman keluarga di Dawuhan, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.
Editor : Arbi Anugrah
Artikel Terkait