Kisah Petani Sukses, Dulu Mantan Preman Suka Judi dan Minum-minuman, Kini Mampu Daftar Haji

Heri Purnomo
Kisah Petani Sukses Bagas Suratmen, Dulu Mantan Preman Suka Judi dan Minum-minuman, Kini Mampu Daftar Haji. Foto: YouTube PT Pupuk Kujang

Sebelum menjadi petani, Bagas mengaku jika dirinya tidak mengenal dunia pertanian. Dia pun memulai usahanya dengan belajar pertanian secara otoditak. 

Alasannya menjadi petani, karena ia ingin menyediakan lapangan pekerjaan bagi pengangguran atau yang ingin menjadi petani. Bahkan, dia juga merekrut preman bertato yang ditemuinya di jalan. 

"Anak muda di lampu merah, saya tawarin kerja. Ada santri juga, lulus dari pondok pesantren, mereka antusias ingin menjadi petani. Ada juga ibu-ibu untuk ikat kangkung," ucap Bagas. 

Seiring berjalannya waktu, berkat kerja keras dan semangat tinggi yang dimilikinya, pada 2019 lalu, lahan yang dimilikinya telah bertambah menjadi 26 hektare (ha). Selain sayuran, Bagas juga mengembangkan buah. Hasil pertaniannya tidak hanya dipasarkan di pasar tradisonal, tapi juga merambah ke pasar modern. 

Namun, ia mengaku jika pada saat itu, omzet yang ia dapat per harinya dari pasar tradisional menurun. Hal itu disebabkan persaingan ketat, dari sebelumnya Rp10 juta menjadi Rp6 juta hingga Rp7 juta per hari. Sedangkan dari pasar modern dirinya bisa mendapatkan omzet mencapai Rp9 juta per hari.  

Hasil dari kerja keras yang ia lakukan itu, Bagas yang pernah meraih penghargaan petani inspiratif itu kini bisa membangun rumah. Selain itu, membeli mobil Fortuner hingga daftar haji. 

"Bertani itu menjanjikan, yang penting disiplin. Kita juga harus bisa baca pasar, bulan ini cocoknya tanam apa, harus tahu jadwalnya. Harus dijadwal (tanam buah atau sayuran jenis apa) supaya di pasar tidak bentrok dan ikuti aturan mainnya," tutur dia, dikutip dari YouTube PT Pupuk Kujang. 

Untuk menjadi petani sukses, lanjut Bagas, setidaknya diperlukan mental yang kuat, berani kotor dan berani capek. Selain itu, untuk meminimalisir kerugian, setidaknya harus memiliki pangsa pasar lebih dahulu.

"Kita harus punya pasar dulu, baru tanam. Apa yang dibutuhkan pasar baru tanam, bukan tanam baru jual ke pasar. Jadi kita enggak puyeng dan buang dagangan kalau enggak laku," ujarnya.

Itulah kisah petani sukses yang dulunya mantan preman. Semoga informasi ini bisa menjadi informasi sebelum memulai usaha.

 

Editor : Arbi Anugrah

Sebelumnya

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network