Prabu Arjunasasrabahu: Raja Bertangan Seribu dan Pertempuran Terdahsyat Sepanjang Sejarah

Muhammad Faizur Rouf
Prabu Arjunasasrabahu: Raja Bertangan Seribu dan Pertempuran Terdahsyat Sepanjang Sejarah/Prabu Arjunasasrabahu

CILACAP.iNewscilacap.id - Di antara legenda-legenda besar Nusantara, nama Prabu Arjunasasrabahu adalah salah satu yang paling menggetarkan. Terlahir sebagai Arjunawijaya, ia adalah putra tunggal Prabu Kartawijaya, penguasa Negara Maespati.

Setelah menggantikan tahta sang ayah, ia mendapatkan gelar Prabu Arjunasasrabahu, sebuah nama yang kelak menggema di seluruh penjuru dunia.

Gelar ini diberikan bukan tanpa alasan. Dalam pertempuran, Prabu Arjunasasrabahu dapat melakukan tiwikrama, berubah menjadi Brahala Sewu, sosok raksasa berkepala seratus dan bertangan seribu, masing-masing menggenggam senjata sakti.

Kemampuan ini membuatnya nyaris tak terkalahkan dan dihormati oleh para raja lainnya. Namun, meskipun memiliki kekuatan luar biasa, ia tetap seorang pemimpin bijaksana dan cinta damai.

Hingga akhirnya, datanglah ujian terbesar dalam hidupnya: Dewi Citrawati, putri jelita dari Negeri Magada, yang diperebutkan oleh lebih dari seribu raja dari berbagai negeri.

Demi merebutnya, ia harus menghadapi Bambang Sumantri, seorang kesatria sakti yang hanya mau mengabdi kepada raja yang bisa mengalahkannya. Inilah awal dari pertempuran maha dahsyat yang mengguncang alam semesta.

Dewi Citrawati: Putri yang Diperebutkan Seribu Raja

Kisah ini bermula ketika Bhatara Narada menyampaikan wangsit kepada Prabu Arjunasasrabahu bahwa Dewi Citrawati adalah titisan Bhatari Sri Widowati. Ini membuat sang raja resah, karena putri Magada tersebut bukan hanya seorang perempuan biasa, tetapi juga wanita suci yang ditakdirkan menjadi permaisurinya.

Namun, mendapatkan Dewi Citrawati bukan perkara mudah. Ia telah menjadi incaran lebih dari seribu raja, termasuk Prabu Darmawisesa dari Widarba, seorang penguasa kejam yang membawa lebih dari 75 raja sekutu dan ribuan prajurit untuk mengepung Negeri Magada.

Mereka tidak hanya datang untuk melamar, tetapi juga siap merebut Citrawati dengan kekerasan.

Prabu Arjunasasrabahu berada dalam dilema. Ia tidak ingin menumpahkan darah tanpa alasan, tetapi situasi ini memaksanya untuk mengambil sikap.

Dalam kebimbangan ini, datanglah seorang kesatria tangguh yang akan mengubah jalannya sejarah: Bambang Sumantri.

Bambang Sumantri: Kesatria yang Mengabdi Hanya pada Raja Terkuat

Bambang Sumantri adalah seorang kesatria sakti yang sejak lama bersumpah untuk hanya mengabdi pada raja yang bisa mengalahkannya dalam pertempuran. Dengan tekad bulat, ia datang ke Maespati dan mengajukan diri sebagai pengikut Prabu Arjunasasrabahu.

Namun, alih-alih langsung bertarung, sang raja memberi tugas besar kepada Bambang Sumantri:

"Pergilah ke Negeri Magada. Kalahkan semua raja yang berusaha merebut Dewi Citrawati, dan bawalah sang putri ke Maespati."

Tanpa ragu, Bambang Sumantri menerima tantangan ini. Dengan kesaktiannya yang luar biasa, ia berhasil mengalahkan Prabu Darmawisesa dan para sekutunya, menundukkan lebih dari seribu raja, dan memenuhi syarat pernikahan Dewi Citrawati—termasuk membawa serta Putri Domas, 800 gadis cantik dari negeri-negeri taklukan.

Namun, sebelum tiba di Maespati, Bambang Sumantri mengajukan tantangan terakhir kepada sang raja.

Duel Prabu Arjunasasrabahu vs. Bambang Sumantri: Pertempuran yang Mengguncang Dunia

Di perbatasan Maespati, Bambang Sumantri tidak serta-merta menyerahkan Dewi Citrawati kepada Prabu Arjunasasrabahu. Ia mengajukan syarat yang mengejutkan:

"Paduka harus menjemput sendiri Dewi Citrawati sebagai seorang satria, dengan cara mengalahkan hamba dalam pertempuran."

Tantangan ini bukanlah tanda pengkhianatan, melainkan ujian terakhir bagi sang raja. Bambang Sumantri ingin agar dunia melihat bahwa Prabu Arjunasasrabahu benar-benar pantas mendapatkan Dewi Citrawati, bukan sekadar karena keberuntungan.

Prabu Arjunasasrabahu menerima tantangan itu dengan lapang dada. Maka terjadilah pertempuran yang disebut-sebut lebih dahsyat dari Perang Bharatayudha.

  • Lebih mengerikan dari pertempuran Rama melawan Rahwana di Alengka.
  • Lebih sengit dari duel Arjuna melawan Karna.
  • Lebih menggetarkan dari perang Bhima melawan Duryudana.

Bahkan para dewa turun dari kahyangan untuk menyaksikan pertarungan ini. Langit berubah muram, angin bertiup kencang, dan tanah bergetar.

Dalam pertempuran itu, Prabu Arjunasasrabahu akhirnya bertiwikrama, berubah menjadi Brahala Sewu, raksasa perkasa berkepala seratus dan bertangan seribu. Dengan kekuatan ini, ia berhasil mengalahkan Bambang Sumantri.

Namun, meskipun kalah, Bambang Sumantri menerima kekalahannya dengan penuh kehormatan. Ia berlutut di hadapan Prabu Arjunasasrabahu dan menyatakan kesetiaan abadi sebagai pengikutnya.

Akhir Perjalanan: Kebesaran Seorang Raja

Setelah pertempuran ini, Prabu Arjunasasrabahu akhirnya memboyong Dewi Citrawati ke Maespati dan menjadikannya permaisuri. Namun, kisah ini bukan hanya tentang mendapatkan seorang wanita, melainkan tentang pembuktian seorang raja sejati.

Ia tidak mendapatkan Dewi Citrawati dengan mudah. Ia harus melewati ujian demi ujian, baik dari rival-rivalnya maupun dari kesatria terbaiknya sendiri. Namun, inilah yang membuatnya diakui sebagai raja yang sejati—pemimpin yang tidak hanya kuat, tetapi juga adil, bijaksana, dan pantas dihormati.

Prabu Arjunasasrabahu: Legenda yang Hidup Selamanya

Sebagai titisan Bhatara Wisnu, Prabu Arjunasasrabahu adalah raja yang tidak hanya disegani karena kekuatan, tetapi juga dihormati karena kebijaksanaannya.

Di bawah kepemimpinannya, Maespati menjadi kerajaan besar dan makmur. Namanya dikenang oleh generasi ke generasi, dan kisahnya terus diceritakan dalam pewayangan sebagai simbol kepemimpinan sejati.

Seperti yang dikatakan para pujangga:

"Selama matahari masih terbit di ufuk timur dan bulan masih bersinar di langit malam, nama Prabu Arjunasasrabahu akan terus dikenang oleh umat manusia."

Begitulah kisah sang raja bertangan seribu, pemimpin yang cinta damai tetapi tak terkalahkan dalam pertempuran, dan satria sejati yang namanya abadi dalam sejarah.

Editor : Arbi Anugrah

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network