Majalah ini menjadi wadah bagi suara-suara kritis yang menentang otoritarianisme pemerintah saat itu.
Melalui lukisan-lukisannya, Yos tidak hanya merekam peristiwa, tetapi juga menyampaikan pandangan yang menantang ketimpangan sosial, eksploitasi lingkungan, dan korupsi.
Ia percaya bahwa seni memiliki kekuatan untuk menggugah kesadaran masyarakat dan memicu perubahan.
Pameran-Pameran Ikonik Yos Suprapto
“Bersatu Dengan Alam” (1994)
Pameran ini diadakan di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, dengan fokus pada isu-isu lingkungan. Karya-karya yang ditampilkan mengajak masyarakat untuk memahami pentingnya menjaga keseimbangan antara manusia dan alam, terutama di tengah maraknya eksploitasi sumber daya.“Republik Udang” (2005)
Bertempat di Tembi Gallery, Yogyakarta, pameran ini merupakan kritik tajam terhadap korupsi di kalangan elite politik. Judul “Republik Udang” menjadi metafora atas kondisi bangsa yang sering kali menyembunyikan kepentingan di balik kebijakan publik.“Arus Balik”
Salah satu karya paling ikonik Yos, “Arus Balik” menggambarkan filosofi budaya bahari Indonesia. Melalui kehidupan nelayan, Yos menyampaikan pentingnya menjaga identitas maritim di tengah perubahan sosial yang cepat.
Kontroversi di Galnas: Seni dan Kebebasan Ekspresi yang Tertantang
Pameran “Kebangkitan: Tanah untuk Kedaulatan Pangan” di Galnas seharusnya menjadi momentum Yos untuk kembali menyuarakan aspirasi melalui seni.
Namun, kurator Suwarno Wisetrotomo meminta lima dari 30 lukisan dalam pameran tersebut untuk diturunkan karena dianggap terlalu sensitif.
Lukisan-lukisan itu diduga memuat kritik sosial yang tajam, bahkan beberapa di antaranya disebut menyerupai figur Presiden Jokowi.
Yos menolak permintaan tersebut, dengan tegas menyatakan bahwa seni adalah bentuk kebebasan berekspresi yang tidak boleh dibungkam.
Akibatnya, Galnas melalui akun Instagram resminya mengumumkan pembatalan pameran tersebut dengan alasan “kendala teknis yang tidak dapat dihindari.”
Keputusan ini memicu reaksi keras dari berbagai kalangan, termasuk Yos sendiri. Ia menyatakan kekecewaannya terhadap pembatalan ini dan menegaskan bahwa ia tidak akan lagi bekerja sama dengan Galnas maupun Kementerian Kebudayaan.
Sebagai alternatif, Yos berencana membawa karya-karyanya kembali ke Yogyakarta untuk pameran yang lebih bebas dan inklusif.
Pesan Kuat di Balik Lukisan-Lukisan Yos Suprapto
Karya Yos Suprapto tidak hanya menjadi sekadar objek seni, tetapi juga media untuk menyuarakan isu-isu penting. Beberapa karya paling menonjolnya meliputi:
Editor : Arbi Anugrah
Artikel Terkait