Asal Usul Curug Pengantin Cilacap, Menyibak Cerita Asmara Pasangan Si Cantik dan Si Buruk Rupa

Nohan/NET Cilacap
Curug Pengantin Cilacap. Foto: Facebook

CILACAP, iNewsCilacap.id - Curug Pengantin Cilacap selain memiliki alam indah dengan kesejuhan air jernih, juga menyibak cerita tentang asal usul air terjun tersebut tentang asmara pasangan si wanita cantik jelita dengan pria buruk rupa.

Melansir dari buku cerita rakyat Kabupaten Cilacap dalam dokumen Balai Bahasa Jawa Tengah Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2017, kisah asal usul Curug Pengantin bermula dari sebuah desa bernama Babakan. 

Desa Babakan merupakan bagian dari Dusun Karang Salam yang berlokasi di sebelah timur Hutan Sentul, Kecamatan Kawunganten. Saat ini menjadi Kecamatan Bantarsari, Kabupaten Cilacap. 

Desa yang dikelilingi hutan-hutan yang rimbun ini terdapat seorang gadis desa dengan paras cantik, baik hati dan giat bekerja bernama Sarinten. Anak pasangan Wiryadi dan Sarinah ini adalah keluarga miskin yang bekerja sebagai petani.

Tak heran banyak pemuda desa yang tertarik dan ingin meminangnya untuk dijadikan istri. Namun, kembang desa itu belum tertarik berumah tangga. Ia ingin membantu keluarga dengan di rumah dan bekerja di ladang dan sawah.

Ia sangat berhati-hati dalam menentukan pasangan hidupnya. Kalaupun menikah, ia ingin mendapatkan suami yang baik hati, pekerja keras dan berbakti kepada kedua orang tuanya.

Orang tuanya pun sempat menanyakan kepada Sarinten, mengapa belum mau menikah padahal ia sudah cukup usia. Orang tuanya khawatir anaknya malah menjadi perawan tua. Pertanyaan bapaknya itu tak terlalu dihiraukan Sanrinten. Ia malah hanya tersenyum tanpa menjawab.

Namun, kabar itu tersebar oleh warga setempat, hingga akirnya seorang pemuda bernama Suta Winata mendengar hal itu dan penasaran akan kecantikan Sarinten. 

Suta Winata adalah pemuda yang baik hati, santun, rajin bekerja. Namun, ia memiliki wajah buruk rupa. Terkadang ia bersedih atas penilaian orang-orang terhadap dirinya yang hanya melihat dari fisik saja, tanpa melihat ketulusan dan kebaikan hatinya.

Anak tunggal pasangan Jaya Darto dan Fatmawati juga senang membantu orang tua bertani. Meskipun orang tuanya petani, tapi keluarga Suta Winata merupakan petani paling kaya di desanya. Orang tuanya mempunyai sawah dan ladang luas yang ada di desanya maupun luar desa dan memiliki banyak buruh tani dari berbagai daerah.

Suatu hari, pemuda yang hobi berburu babi hutan itu penasaran atas cerita orang-orang tentang kecantikan Sarinten. 

Usai berburu, ia melintasi Desa Babakan dan melihat Sarinten tengah mencuci baju di sungai. Dengan sembunyi-sembunyi ia melihat langsung kecantikan Sarinten dan langsung jatuh hati padanya. Sesampainya di rumah, ia menceritakan gadis di Desa Babakan itu dan minta orang tuanya untuk melamarnya.

Tak berselang lama, keluarga Suta Winata mendatangi rumah Wiryadi bermaksud melamar anaknya, Sarinten. Lamaran orang tua Suta Winata pun diterima oleh keluarga Sarinten.

Namun, Sarinten belum memberikan keputusan. Ia termenung karena dalam hatinya ia menolak karena calon pasangan hidupnya memiliki wajah buruk rupa. 

Orang tua Sarinten juga sempat membujuknya untuk menerima Suta Winata menjadi suaminya, bukan karena ia anak petani kaya tapi karena ia baik hati dan rajin bekerja. Namun, Sarinten belum juga memberikan keputusannya. 

Pada suatu hari, Sarinten ikut membantu ayahnya bertani menanam jagung di sawah. Tanpa diduga ada seokor babi hutan yang turun dari Hutan Sentul menyerang ayahnya. Sarinten tunggang langgang berlari lalu sembuyi dari balik pohon.

Sementara ayahnya terlihat sedang bergulat dengan babi hutan yang menyerangnya, hingga akhirnya Wiryadi mampu mematahkan satu tanduknya hingga kesakitan lalu kabur ke hutan.

Ayah Sarinten juga terluka parah dengan badan berlumuran darah. Ia terkapar lemas. Sarinten teriak minta tolong hingga akhirnya terdengar oleh orang-orang.

Warga setempat segera membawanya ke tabib, namun Wiryadi sudah tidak tertolong dan akhirnya meninddal dunia. 

Kepergian Wiryadi memberikan kesedihan mendalam bagi Sarinah dan Sarinten. Sepeninggal Wiryadi, Sarinah menjadi tulang punggung untuk menghidupi anaknya, Sarinten yang turut membantu menggantikan pekerjaan ayahnya.

Sarinah pun merasa berat menanggung beban hidup tanpa suaminya. Usia yang sudah mulai tua juga tak dapat bekerja secara maksinal, sedangkan Sarinten juga terlihat kurus karena bekerja di sawah. 

Atas pertimbangan itu, Sarinah kembali membujuk Sarinten untuk menikah dengan Suta Winata agar keluarganya ada yang membantu dalam bekerja. 

Kemudian, Sarinten menuruti permintaan ibunya dan mau menikah dengan Suta Winata. Namun, ia minta ada syarat sebelum menjadi istrinya, yaitu Suta Winata harus membunuh babi hutan yang membunuh ayahnya.

Syarat tersebut pun diterima dengan senang hati, apalagi Suta Winata senang berburu babi hutan. Namun, mencari babi hutan dengan tanduk patah tidak mudah. Ia berhari-hari keluar masuk hutan memburu hewan liar tersebut.

Hingga akhirnya, ia berhasil membunuh dengan tombaknya. Kabar tersebut pun melegakan perasaan Sarinten karena Suta Winata bersedia menepati janjinya. Ia bersedia menikah, meskipun dalam hatinya masih belum dapat menerima calon suaminya tersebut. 

Belum genap 40 hari keduanya menikah, mereka pergi ke ladang. Suta Winata selalu merayu istrinya yang cantik jelita itu. Namun, ia merasa malu lalu berlari menuju ke curug (air terjun) yang diikuti oleh Suta Winata.

Ketika berlari, ia tak sadar kalau di tengah curug terdapat sumber air yang dalam. Ia terpeleset dan jatuh ke sumber tersebut di bawah air terjun.

Suta Winata mencoba menyelamatkan istrinya dengan menyebur ke bawah air trjun, tapi naasnya ia itu tenggelam. Keduanya meninggal di air terjun. Usai kejadian tersebut, oleh warga tempat itu diberi nama “Curug Pengantin”.

Editor : Arbi Anugrah

Bagikan Artikel Ini
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network