CILACAP. iNewsCilacap.id - PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) Unit Cilacap kembali dipercaya mengelola energi ramah lingkungan melalui pengembangan Biohidrokarbon dan Bioavtur. Itu dilakukan setelah sukses mengembangkan energi hijau berbahan dasar minyak nabati dari kelapa sawit.
Sebuah perwujudan kolaborasi PT Pertamina (Persero) dengan berbagai stakeholder, seperti Kementerian ESDM, Lembaga Minyak dan Gas Bumi (Lemigas), PT Pupuk Sriwidjaja (Pusri), PT Rekayasa Industri (Rekind) dan Institut Teknologi Bandung (ITB).
Senior Vice President Research Technology and Innovation PT Pertamina (Persero), Oki Muraza menjelaskan, pembangunan Demoplant Biohidrokarbon dan Bioavtur bertujuan untuk mendukung program pemerintah dalam menciptakan teknologi proses guna menghasilkan produk diesel biohidrokarbon dan biodiesel.
“Selain itu, juga untuk menguji kehandalan katalis hasil formulasi Pertamina dan ITB, mendukung pemerintah dalam pemanfaatan minyak nabati, serta meningkatkan branding Pertamina sebagai perusahaan yang inovatif dan berkelanjutan,” kata Oki seperti keterangan tertulis yang diterima iNewsCilacap.
Direktur Utama PT Kilang Pertamina Internasional, Taufik Aditiyawarman menyampaikan pihaknya menyambut antusias pembangunan demoplant yang melibatkan berbagai stakeholder terkait. “Kami berkomitmen menerapkan seluruh standar dan the best practise dalam mengelola kilang untuk kelancaran operasi demoplant yang nantinya terintegrasi dengan Kilang Cilacap,” ujarnya.
Dikatakan proyek pembangunan demoplant Bahan Bakar Nabati (BBN) berbasis Hydrotreated Vegetable Oil (HVO) ini menjadi langkah konkret dalam produksi HVO beserta turunannya. "Sehingga ke depan diharapkan Indonesia bisa menjadi leader dalam pengembangan HVO secara end to end,” jelas Taufik.
Direktur Utama PT Pertamina (Persero), Nicke Widyawati menyampaikan bahwa Pertamina terus berkomitmen dan berkontribusi mendukung program Pemerintah untuk mempercepat transisi energi, serta mendukung target Nationally Determined Contribution berupa penurunan emisi sebesar 29% pada tahun 2030 dan visi Net Zero Emission Indonesia, melalui berbagai inisiatif baik secara internal maupun kolaborasi antar BUMN.
Dalam kurun waktu 2010-2020, Pertamina mampu mengurangi emisi karbon dioksida (CO2) hingga 6,8 juta ton ekuivalen. Hal ini sejalan dengan upaya dalam mengurangi konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer yang menyebabkan pemanasan global dan perubahan iklim, pengasaman laut, dan hilangnya keanekaragaman hayati.
Nicke menambahkan, Pertamina juga memiliki tujuan penting lainnya di antaranya menjadi motor penggerak perekonomian industri Nasional yang bermuara pada peningkatan kesejahteraan masyarakat. “Hal ini tentu juga akan dapat meningkatkan angka TKDN (Tingkat Komponen Dalam Negeri),” katanya.
Editor : Elde Joyosemito
Artikel Terkait