CILACAP.iNewscilacap.id - Belakangan ini, Gus Miftah, seorang ulama dan penceramah kondang, tengah menjadi perbincangan hangat setelah video dirinya yang dianggap menghina seorang penjual es teh saat acara pengajian viral di media sosial.
Video tersebut mengundang berbagai reaksi dari masyarakat, mulai dari reaksi kritis hingga dukungan kepada pihak yang terlibat, termasuk penjual es teh yang menjadi korban candaan tersebut.
Yang lebih mengejutkan, bahkan akun Instagram resmi Manchester United ikut menanggapi kejadian ini dengan memberikan sindiran tajam.
Pada Rabu, 4 Desember 2024, akun resmi Manchester United mengunggah beberapa foto pemainnya yang tengah mengangkat trofi juara. Namun, unggahan itu disertai dengan sebuah pesan yang cukup menyindir Gus Miftah.
“Menjunjung es teh maupun menjunjung trofi, keduanya sama-sama mulia,” tulis Manchester United dalam unggahannya.
Tentu saja, sindiran ini langsung memicu ribuan komentar dari netizen Indonesia yang ikut merespons kejadian viral tersebut. Salah satu komentar yang menarik perhatian adalah dari akun @akugakgendutloh yang mengatakan, "Langsung rekrut bapak penjual es teh nya min, suruh jualan di Old Trafford."
Unggahan tersebut menjadi bahan perbincangan hangat, tidak hanya di kalangan penggemar sepak bola, tetapi juga masyarakat Indonesia yang memandang peristiwa ini dari sudut pandang sosial dan budaya.
Banyak yang mendukung penjual es teh, dan ada pula yang berkomentar dengan nada humor, mengaitkan kejadian ini dengan sepak bola.
Namun, di balik candaan yang dilontarkan Gus Miftah, ada banyak pelajaran tentang bagaimana kata-kata yang disampaikan bisa berpengaruh luas, terutama dalam konteks publik.
Viralnya Olok-Olok Gus Miftah yang Menjadi Sorotan
Insiden ini bermula pada 27 November 2024, saat Gus Miftah hadir dalam acara Magelang Bersholawat yang diadakan di Magelang, Jawa Tengah. Di tengah acara, Gus Miftah berinteraksi dengan seorang pedagang es teh bernama Surhaji, yang tampaknya tengah menawarkan dagangannya.
Dalam video yang beredar luas, Gus Miftah bercanda dengan pedagang tersebut sambil mengatakan, “Es tehmu ijek okeh ora? (es tehmu masih banyak nggak)? Masih? Yo kono didol (ya sana dijual), goblok. Dol en ndisik, ngko lak rung payu yo wes, takdir (Jual dulu, nanti kalau masih belum laku, ya sudah, takdir).”
Meskipun Gus Miftah mungkin bermaksud bercanda, banyak netizen yang menganggap ucapan tersebut kasar dan tidak pantas, apalagi mengingat profesi pedagang yang tidak mudah dan penuh perjuangan. Banyak yang merasa bahwa candaan tersebut tidak menghormati pekerjaan keras para pedagang kecil yang setiap hari berjuang untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka.
Dalam video itu, meskipun Gus Miftah berkata dengan nada yang terkesan ringan dan santai, namun kata-kata yang diucapkannya dianggap merendahkan martabat sang pedagang.
Respons dari Gus Miftah: Permintaan Maaf yang Tulus
Setelah kejadian tersebut viral dan menuai banyak kecaman, Gus Miftah tak tinggal diam. Ia langsung memberikan klarifikasi atas pernyataannya melalui video permintaan maaf.
Dalam video tersebut, Gus Miftah menyampaikan penyesalannya atas candaan yang menurutnya tak pantas dan berharap agar masyarakat bisa memahami niat baik yang ada di balik ucapannya.
Selain itu, ia juga melakukan permintaan maaf langsung kepada Surhaji, pedagang es teh yang telah menjadi korban candaannya. Gus Miftah menyadari bahwa dalam interaksinya dengan Surhaji, meskipun ia bermaksud bercanda, ucapannya bisa disalahpahami dan membuat banyak orang merasa tersinggung.
“Saya meminta maaf kepada bapak Surhaji dan semua pihak yang merasa tersinggung. Saya tidak bermaksud merendahkan siapa pun, terutama para pedagang yang berjuang untuk kehidupan mereka,” ujar Gus Miftah dalam video klarifikasinya.
Reaksi Publik dan Solidaritas kepada Penjual Es Teh
Menariknya, insiden ini justru membawa dampak positif bagi Surhaji, sang penjual es teh. Setelah video tersebut viral, banyak orang yang merasa iba dan menggalang donasi untuk Surhaji.
Bahkan, ada yang memberikan hadiah berupa umrah gratis untuknya sebagai bentuk penghargaan terhadap perjuangannya.
Selain itu, sejumlah masyarakat juga memberikan bantuan berupa beasiswa pendidikan untuk anak-anak Surhaji, berharap agar keluarga tersebut dapat mendapatkan kehidupan yang lebih baik di masa depan.
Donasi untuk Surhaji mencapai ratusan juta rupiah, sebuah solidaritas yang luar biasa dari masyarakat yang ingin membantu meringankan beban keluarga pedagang tersebut.
Kejadian ini menunjukkan bagaimana media sosial dapat menjadi alat untuk menyuarakan solidaritas dan dukungan kepada orang yang membutuhkan, meskipun insiden yang memicu hal tersebut berawal dari sebuah candaan yang dianggap tidak pantas.
Sindiran Manchester United: “Es Teh dan Trofi Sama-sama Mulia”
Tidak hanya masyarakat Indonesia yang terlibat dalam perbincangan ini, bahkan klub sepak bola besar seperti Manchester United turut memberikan sindiran tajam terhadap peristiwa ini.
Dalam unggahan di akun Instagram mereka, Manchester United mengingatkan bahwa menjunjung es teh maupun trofi, keduanya sama-sama mulia.
Sindiran ini langsung memicu beragam reaksi dari netizen Indonesia, banyak yang melihatnya sebagai bentuk dukungan kepada profesi pedagang kecil seperti Surhaji.
Namun, ada pula komentar humoris dari penggemar yang menyarankan agar Surhaji diundang untuk menjadi penjual es teh di Old Trafford, stadion kebanggaan Manchester United.
Tentunya, ini menjadi bukti bahwa kejadian ini tidak hanya menarik perhatian dalam konteks sosial, tetapi juga membawa unsur humor yang bisa menyatukan berbagai kalangan.
Pelajaran dari Insiden Gus Miftah dan Es Teh: Menghargai Setiap Profesi
Dari peristiwa viral ini, kita dapat mengambil beberapa pelajaran penting.
Kata-kata yang kita ucapkan—terutama di ruang publik—memiliki dampak yang besar terhadap orang lain, bahkan jika niat awal kita adalah bercanda. Menghormati profesi dan pekerjaan orang lain, sekecil apa pun itu, adalah bagian dari adab dan etika sosial yang harus dijaga bersama.
Meskipun Gus Miftah telah meminta maaf, insiden ini menjadi pengingat bagi kita semua untuk lebih berhati-hati dalam bertutur kata, agar tidak ada pihak yang merasa direndahkan atau disakiti.
Di sisi lain, solidaritas yang ditunjukkan oleh masyarakat terhadap Surhaji menunjukkan bahwa meskipun dunia maya sering kali penuh dengan kecaman, masih ada banyak orang yang peduli dan siap membantu mereka yang membutuhkan.
Ini adalah contoh nyata bahwa kebaikan dan empati dapat datang dari mana saja, bahkan dari insiden yang berawal dari sebuah candaan yang kurang tepat.
Kesimpulan: Gus Miftah, Es Teh, dan Solidaritas Publik yang Luar Biasa
Insiden viral Gus Miftah yang menghina penjual es teh mungkin berawal dari candaan yang tidak tepat, namun hal ini berujung pada sebuah pelajaran besar tentang pentingnya menghargai setiap profesi.
Meskipun banyak reaksi negatif yang muncul, namun juga ada banyak dukungan dan solidaritas yang mengalir untuk Surhaji, sang pedagang es teh, dan ini menjadi contoh bagaimana kebaikan dapat tersebar luas, bahkan melalui media sosial.
Manchester United pun ikut menanggapi kejadian ini dengan sindiran yang cerdas, menunjukkan bahwa dalam setiap situasi, ada ruang untuk belajar dan bertumbuh bersama.
Editor : Arbi Anugrah