Berkat kombinasi antara gaya dakwah yang segar dan kemampuan bernyanyi yang luar biasa, Habib Zaidan menjadi sosok yang sangat dicintai di media sosial, terutama di kalangan anak muda yang mencari hiburan religi yang lebih modern.
Namun, meski dikenal sebagai pendakwah muda yang berbakat, kontroversi ini menjadi titik balik yang membuat publik harus lebih bijaksana dalam menilai seorang tokoh agama.
Meskipun Habib Zaidan tidak langsung terlibat dalam hinaan itu, ia perlu mempertimbangkan kembali bagaimana seharusnya seorang pendakwah bersikap di depan umum dan di media sosial.
Kritik dan Harapan Publik: Apa yang Bisa Dipelajari dari Kontroversi Ini?
Kontroversi yang melibatkan Habib Zaidan dan Gus Miftah ini menjadi pengingat bagi para tokoh agama, baik yang muda maupun yang tua, untuk lebih berhati-hati dalam bersikap.
Salah satu aspek yang menjadi sorotan utama adalah tanggung jawab seorang pendakwah dalam memberikan contoh yang baik kepada umat, baik melalui kata-kata maupun perbuatan.
Netizen menginginkan agar Habib Zaidan tetap menjadi panutan yang positif, tidak hanya dalam hal dakwah dan keilmuan agama, tetapi juga dalam cara berinteraksi dengan masyarakat.
Mereka berharap agar ia bisa terus menginspirasi melalui karya-karya musiknya, tetapi juga dengan menunjukkan empati kepada mereka yang mungkin kurang beruntung.
Seorang pendakwah seharusnya memiliki sensitivitas terhadap kesulitan orang lain dan tidak menyebarkan humor yang dapat menyakiti hati orang yang sedang berjuang untuk hidup.
Seperti yang diajarkan oleh Rasulullah SAW, dakwah yang baik adalah dakwah yang penuh kasih sayang, tidak menyakiti perasaan orang lain, apalagi mereka yang membutuhkan bantuan.
Editor : Arbi Anugrah