3. Puasa Patigeni
Puasa ini hampir sama dengan puasa ngebleng, perbedaannya jika dalam patigeni seseorang yang menjalaninya sama sekali tidak diperbolehkan untuk tidur, sehingga harus senantiasa terjaga sepanjang waktu.
Perlu diingat bahwa segala macam penerangan terang harus dimatikan, termasuk sinar matahari pun harus dihalangi agar tidak masuk ke ruangan atau kamar yang digunakan untuk berdiam.
4. Puasa Ngrowot
Puasa yang satu ini hampir sama dengan puasa mutih, yaitu hanya boleh mengkonsumsi makanan tertentu. Perbedaannya dengan puasa putih, puasa ngrowot hanya diperbolehkan memakan buah-buahan saja.
5. Tapa Ngrame
Puasa yang satu ini adalah puasa yang paling sulit dan memberikan manfaat terbaik. Cara menjalankan puasa ini adalah seperti laku mengurangi, yaitu berpuasa namun jangan sampai orang lain tahu kalau kita sedang berpuasa.
Dalam kesehariannya kita tetap beraktivitas seperti biasanya. Orang yang menjalani puasa itu hanya diperbolehkan makan sekedarnya, yaitu hanya dua atau tiga sendok makan saja dalam sekali makan dan meningkatkan lagi pada hari berikutnya.
Apabila hari sebelumnya tetap makan tiga kali sehari, hari berikutnya makan satu kali sehari dan begitu seterusnya hingga benar-benar tidak makan selama tidak beraktivitas.
Ketika sedang menjalani puasa, orang yang menjalani puasa bertamu di tempat orang atau teman dan disuguhi sesuatu, tetap memakannya tapi hanya sekedar buat pantas-pantas saja.
6. Puasa Ngapit Weton
Puasa ini hanya dilakukan pada saat weton atau hari kelahiran saja. Pelaksanaannya adalah puasa tiga hari. Sebagai contoh seseorang yang lahir di Senin Pahing, berarti memulai puasa pada Minggu Legi, Senin Pahing dan Selasa Pon.
Puasa ini memiliki makna yaitu memelihara atau membersihkan diri sendiri agar terhindar dari kesialan atau keburukan yang mengancam. Puasa ini biasanya digunakan untuk memenuhi hajat yang di harapkan.
Itulah beberapa puasa yang sering dijalankan oleh masyarakat Jawa hingga saat ini. Semoga informasi terkait Puasa Jawa ini bermanfaat.
Editor : Arbi Anugrah