Mengintip Desa Unik yang Dihuni Perempuan Cantik dengan Tampilan Gigi Runcing
![header img](https://img.inews.co.id/media/600/files/networks/2023/02/22/5efde_desa-unik.jpg)
JAKARTA, iNewsCilacap.id - Ada banyak kebiasaan unik di berbagai daerah yang membuat siapa saja penasaran. Termasuk jika singgah ke salah satu desa di Sumatera Barat, Anda akan menemukan tradisi unik.
Ya, desa tersebut ada di Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat. Suku Mentawai adalah penghuni asli Kepulauan Mentawai. Sebagaimana Suku Nias dan suku Enggano, mereka adalah pendukung budaya Proto-Melayu yang menetap di Kepulauan Nusantara sebelah barat. Bahkan mereka punya tradisi terbilang unik, yaitu melakukan kerik gigi.
Lantas, seperti apa tradisi kerik gigi yang kerap dilakukan Suku Mentawai di Sumatera Barat ini? Berikut ulasannya dirangkum pada Rabu (22/2/2023).
Desa unik dengan tradisi runcingkan gigi
Tradisi kerik gigi untuk simbol kecantikan Tahukah Anda, tradisi kerik gigi ini dilakukan oleh wanita sebagai simbol kecantikan di mata lawan jenisnya. Untuk itu, kerik gigi hanya bisa dilakukan oleh para wanita dewasa yang akan segera menikah saja.
Tak hanya sebagai simbol kecantikan saja, kerok gigi yang dilakukan oleh wanita Suku Mentawai ini juga sebagai kedamaian jiwa. Maka tradisi ini menjadi kegiatan yang sangat sakral bagi mereka. Hal ini juga berkaitan dengan zaman dulu, di mana kala itu meyakini segala sesuatunya memiliki roh dan jiwa. Maka kepercayaan yang mereka anut adalah animisme atau disebut juga sabulungan.
Dilakukan oleh profesional Adapun proses kerik gigi harus dilakukan oleh orang yang sudah profesional, dalam artian tidak sembarangan bisa melakukannya. Biasanya tradisi ini dikerik oleh ketua adat, alat yang digunakan adalah besi atau kayu yang sangat tajam. Nantinya, satu persatu gigi wanita yang sudah menikah itu akan dikerik hingga runcing. Menariknya lagi, proses tersebut dilakukan begitu saja, tanpa adanya pembiusan atau diberi obat pereda nyeri lebih dulu.
Sementara, untuk waktu pengerikan gigi, dilakukan sekitar 30 menit. Wanita yang giginya dikerik harus menahan rasa sakit dengan mengigit pisang hijau. Dari menahan sakit ini juga diyakini sebagai proses penemuan jati diri.
Tradisi yang hampir punah
Seiring pergantian zaman, kini tradisi kerik gigi oleh wanita Suku Mentawai tidak lagi diwajibkan seperti dulu. Hal itu berkaitan, karena dibutuhkan juga persetujuan antara si wanita dengan pelaksana ritual. Tradisi ini mulai ditinggalkan oleh wanita suku Mentawai yang sudah mengenal agama. Agama yang dianut antara lain Kristen Protestan, Kristen Katolik dan Islam. Meski demikian, ada beberapa dari mereka yang tetap menganut Sabulungan. Maka bagi mereka yang masih menganut Sabulungan, diwajibkan melakukan tradisi kerik gigi ini untuk tetap melanjutkan tradisi dalam kepercayaan mereka.
Para wanita Suku Mentawai ini meyakini, jika tradisi kerik gigi akan menghindarkan seseorang dari enam sifat buruk manusia, atau biasa disebut “Sad Ripu”. Serta wanita yang telah melakukan tradisi tersebut diharapkan memiliki keteguhan dan kesabaran yang berlawanan dari enam sifat buruk manusia.
Editor : Vien Dimyatisebelumnya punya akses purwokerto